Kamis, 24 November 2011

makalah filosofi islam ( al farabi )

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Second teacher alias mahaguru kedua. Begitulah Peter Adamson pengajar filsafat di King’s College London, Inggris, menjuluki Al-Farabi sebagai pemikir besar Muslim pada abad pertengahan. Dedikasi dan pengabdiannya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan telah membuatnya didaulat sebagai guru kedua setelah Aristoteles: pemikir besar zaman Yunani.
Sosok dan pemikiran Al-Farabi hingga kini tetap menjadi perhatian dunia. Dialah filosof Islam pertama yang berhasil mempertalikan serta menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehingga, bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemikirannya begitu berpengaruh besar terhadap dunia Barat.
Ilmu Logika Al-Farabi memiliki pengaruh yang besar bagi para pemikir Eropa,” ujar Carra de Vaux. Tak heran, bila para intelektual merasa berutang budi kepada Al-Farabi atas ilmu pengetahuan yang telah dihasilkannya. Pemikiran sang mahaguru kedua itu juga begitu kental mempengaruhi pikiran-pikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rush. Al-Farabi atau Barat mengenalnya dengan sebutan Alpharabius memiliki nama lengkap Abu Nasr Muhammad ibn al-Farakh al-Farabi.
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun makalah ini hanya membahas tentang sejarah hidup Al – Farabi, karyanya yang antara lain logika, music, fisika dan psikologi, serta membahas pemikiran dan filsafat-filsafat Al-Farabi tentang rekonsiliasi, emanasi, Negara utama kenabian, jiwa dan akal.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH LAHIR DAN KEHIDUPAN  AL-FARABI
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950), singkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi ) , juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Berbeda dengan kebanyakan filosof muslim lainnya, Al–Farabi tidak menuliskan sejarah hidupya dan tak ada seorang pun diantara sahabatnya yang merekam dan melestarikan sejarah tentang hidupnya, seperti yang dilakukan oleh Al – Juzjani yang telah dipersembahkan untuk gurunya, yaitu Ibn–Sina. Tak heran, bila muncul beragam versi mengenai asal-muasal Al-Farabi. Sehingga sejarah tentang hidup dan biografi seorang Al – farabi hingga kini masih samar tidak jelas betul dan masih perlu dilkakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam.
Ahli sejarah Arab pada abad pertengahan, Ibnu Abi Osaybe’a, menyebutkan bahwa ayah Al-Farabi berasal dari Persia. Mohammad Ibnu Mahmud Al-Sahruzi juga menyatakan Al-Farabi berasal dari sebuah keluarga Persia. Sejumlah ahli sejarah dari Barat, salah satunya Peter J King juga menyatakan Al-Farabi berasal dari Persia.
Namun, menurut Ibn Al-Nadim, Al-Farabi berasal dari Faryab di Khurasan. Faryab adalah nama sebuah provinsi di Afganistan. Keterangan itu diperoleh Al-Nadim dari temannya bernama Yahya ibn Adi yang dikenal sebagai murid terdekat Al-Farabi.
Berbeda dengan pendapat para ahli di atas, ahli sejarah abad pertengahan, Ibnu Khallekan, mengklaim bahwa Al-Farabi lahir di sebuah desa kecil bernama Wasij di dekat Farab ( sekarang Otrar berada di Kazakhstan).
Konon, Al-Farabi lahir sekitar tahun 870 M (258 H). Ia menghabiskan masa kanak-kanaknya di Farab. Di kota itulah Al-Farabi menempuh pendidikan dasarnya. Konon, ayahnya berasal dari Turki. Menurut Encyclopaedia Britannica, Al-Farabi juga berasal dari Turki atau Turki Seljuk. Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli.
Pada masa awal pendidikannya ini, al-Farabi belajar al-Qur’an, tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmatika dasar. Sejak belia, Al-Farabi sudah dikenal berotak encer alias sangat cerdas. Ia juga memiliki bakat yang begitu besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari. Setelah menyelesaikan studi dasarnya, Al-Farabi hijrah ke Bukhara untuk mempelajari ilmu fikih dan ilmu-ilmu lainnya. Ketika itu, Bukhara merupakan ibu kota dan pusat intelektual serta religius Dinasti Samaniyah yang menganggap dirinya sebagai bangsa Persia. Saat itu Bukhara dipimpin Nashr ibn Ahmad (874-892). Pada masa itulah Al-Farabi mulai berkenalan dengan bahasa dan budaya serta filsafat Persia. Di kota lautan pengetahuan itu pula Al-Farabi muda mengenal dan mempelajari musik.
Al-Farabi hijrah ke Merv untuk mendalami logika Aristotelian serta filsafat. Guru utama filsafatnya adalah Yuhanna ibn Hailan(yuhanna bin jilad), seorang Kristen. Dari Ibnu Hailan lah dia mulai bisa membaca teks-teks dasar logika Aristotelian, termasuk Analitica Posteriora yang belum pernah dipelajari seorang Muslim pun sebelumnya. Beberapa tahun sebelum kitab-kitab Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Al-Farabi telah menguasai bahasa Syria dan Yunani.

Pada 901 M, bersama sang guru, Al-Farabi mengembara ke Baghdad selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Dari Baghdad Al-Farabi kemudian pindah ke Harran (Iran) yang terletak di utara Syria. Disana ia mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa ahli diantaranya Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad. Di negeri 1001 malam itu, dia terus mengembangkan ketertarikannya untuk menggali dan mempelajari alam semesta dan manusia. Ketertarikannya pada dua hal itu membuatnya tertarik untuk menggali filsafat kuno terutama filsafat Plato dan Aristoteles.
Tahun 940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan bertemu dengan Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik) Aleppo, yang dikenal sebagai simpatisan para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi pun wafat di daerah Aleppo, kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.


  1. KARYA AL FARABI
Di antara karya Al-farabi adalah sebagai berikut:
  1. Logika
    Al-Farabi adalah ahli logika muslim pertama yang mengembangkan logika no-Aristotelian. Dia membagai logika ke dalam dua kelompok, pertama idea dan kedua bukti.
  2. Musik
    Selain seorang ilmuwan, Al-Farabi juga seorang seniman.
    Dialah penemu not musik. Temuan ini ia tulis dalam kitab al-Musiq al-Kabir (Buku Besar tentang Musik). Buku yang membahas ilmu dasar musik ini telah menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik klasik Barat. Dalam karya fenomenal itu, al-Farabi menulis bahwa musik dapat menciptakan perasaan tenang dan nyaman. Musik, juga mampu mempengaruhi moral, mengendalikan emosi, mengembangkan spiritualitas, dan menyembuhkan penyakit seperti gangguan psikosomatik. Karena itu bagi al-Farabi, musik bisa menjadi alat terapi. Sebab, musik adalah sesuatu yang muncul dari tabiat manusia dalam menangkap suara indah yang ada di sekelilingnya.
Al-Farabi juga piawai memainkan sejumlah alat musik dan sistem nada Arab yang  diciptakannya hingga kini masih tetap digunakan musik Arab. Ketika memainkan alat musik, ia mampu membuat pendengarnya tertawa, bersedih, bahkan tertidur. Kemampuan ini pernah ia tunjukkan di depan penguasa Syria, Safy ad-Daulah, saat ia diundang ke istana untuk menyaksikan pertunjukkan musik yang dimainkan oleh para musisi istana. Di mata al-Farabi, para musisi istana itu telah melakukan kesalahan sehingga alunan musik kurang terdengar indah. Al-Farabi lalu meminta izin kepada amir  (penguasa) Syria untuk memainkan alat musik. Saat al-Farabi memainkannya, para hadirin tiba-tiba tertawa. Lalu al-Farabi segera mengubah komposisi musiknya sehingga membuat hadirin menangis. Ia kemudian mengubah komposisinya lagi sehingga membuat hadirin tertidur.
c.       Fisika
Farabi juga dikenal sebagai ilmuwan yang banyak menggali pengetahuan tentang eksistensi alam dalam fisika
  1. Psikologi
    Social Psychology and Model City merupakan risalat pertama Al-Farabi dalam bidang psikologi sosial. Dia menyatakan bahwa, ”Seorang individu yang terisolasi tak akan bisa mencapai kesempurnaan dengan dirinya sendiri, tanpa bantuan dari orang lain.”

  1. FILSAFAT ATAU PEMIKIRAN AL-FARABI
  1. Rekonsiliasi Al-Farabi (penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles).
Pemikiran filsafat yang bertolak belakang itu dapat disatukan oleh pemikiran rekonsiliasi, Al-Farabi berkeyakinan bahwa aliran filsafat yang bermacam-macam itu hakikatnya hanya satu, yakni sama-sama mencari kebenaran yang satu, karena tujuan filsafat ialah pemikiran kebenaran sedangkan kebenaran itu hanya satu. Dengan pemikiran filsafat rekonsiliasi Al-Farabi yang menitik beratkan tujuan apa yang dicari, untuk apa yang dicari tipislah perbedaan, memang pada dasarnya perbedaan itu soal biasa karena dengan perbedaan manusia diperkaya dengan ilmu pengetahuan tetapi jangan perbedaan itu dijadikan munculnya permasalahan baru dan perpecahan diantara manusia yang mempunyai kepentingan dengan masalah itu.
Cara Al-Farabi menyatukan kedua filosof  Plato dan Aristoteles ialah dengan memajukan pemikiran masing-masing filosof yang cocok dengan pemikirannya sebagai seperti dalam membicarakan ide yang menjadikan bahan polemik antara plato dan Aristoteles.


2.      Emanasi (pancaran)
Di antara pemikiran filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah penjelasannya tentang emanasi (al-faid), yaitu teori yang mengajarkan tentang proses urut–urutan kejadian suatu wujud yang mungkin (alam makhluk) dari Zat yang wajib al wujud (Tuhan). Menurut nya, Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Segala sesuatu, menurut al-Farabi, keluar (memancar) dari Tuhan karena Tuhan mengetahui bahwa Ia menjadi dasar susunan wujud yang sebaik – baiknya. Ilmu-Nya menjadi sebab bagi wujud semua yang diketahui-Nya.
Bagaimana cara emanasi itu terjadi? Al-Farabi mengatakan bahwa Tuhan itu benar – benar Esa sama sekali. karena itu, yang keluar dari pada – Nya juga tentu harus satu wujud saja. Kalau yang keluar dari zat Tuhan itu terbilang, maka berarti zat Tuhan juga terbilang. Menurut Al-Farabi dasar adanya emanasi ialah karena dalam pemikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal – yang   timbul dari Tuhan – terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
3.      Kenabian
Dalam islam ada yang namanya malaikat, dan dalam filosof malaikat itu adalah “akal kesepuluh”. Al-Farabi disebut–sebut sebagai filsuf pertama yang membahas soal kenabian secara lengkap. Al-Farabi berkesimpulan bahwa para nabi atau rasul maupun para flusuf sama – sama dapat berkomunikasi dengan akal Fa’al, yakni akal kesepuluh (malaikat). Perbedaannya, komunikasi nabi atau rasul dengan akal kesepuluh terjadi melalui perantaraan imajinasi (al-mutakhayyilah) yang sangat kuat, sedangkan para filusuf berkomunikasi dengan akal kesepuluh melalui akal Mustafad, yaitu akal yang mempunyai kesanggupan dalam menangkap inspirasi dari akal kesepuluh yang ada diluar diri manusia.
Al farabi juga mengatakan, pengetahuan filsafat yang dimiliki filosof dan wahyu yang diterima Nabi atau rasul tidak saling bertentangan karena pengetahuannya diperoleh dari sumber yang sama, yaitu akal kesepuluh.

4.      Negara Utama
Dalam hal filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan menjadi lima macam:
  1. Negara Utama (al-madinah al-fadilah), yaitu negara yang penduduknya berada dalam kebahagiaan. Menurutnya negara terbaik adalah negara yang dipimpin oleh rasul dan kemudian oleh para filusuf;
  2. Negara orang – orang bodoh (al-madinah al-jahilah), yaitu negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan;
  3. Negara orang – orang fasik (al-madinah al-fasiqah), yakni negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, Tuhan dan akal seperti penduduk utama ( Fa’alal-madinah al-fadilah), tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negeri yang bodoh;
  4. Negara yang berubah – ubah (al-madinah almutabaddilah), ialah negara yang penduduknya semula mempunyai pikiran dan pendapat seperti yang dimiliki negara utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan;
  5. Negara sesat (al-madinah ad-dallah), yaitu negara yang penduduknya mempunyai konsepsi pemikiran yang salah tentang Tuhan dan akal Fa’al, tetapi kepala negaranya beranggapan bahwa dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.
  1. Jiwa
Kebahagiaan tujuan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri semua mahluk hidup tanpa terkecuali manusia yang mempunyai peranan penting dalam memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kebahagiaan yang dituju oleh filsafat dan moral dibuktikan dengan teori dan praktik serta diusahakan manusia melalui studi dan tingkah lakunya.

Al Farabi mengatakan:
“Kebahagiaan adalah jika jiwa manusia menjadi sempurna didalam wujud dimana ia tidak membutuhkan dalam eksitensinya kepada suatu materi. Jiwa yang sempurna dengan adanya ketentraman yang ada di dalamnya kebutuhan-kebutuhan itu terpenuhi secara personal dalam hal material dan spiritual, kebahagiaan tidak bisa diukur dengan apapun dan siapapun, apa dan siapa dititik beratkan pada kebutuhan masing-masing  manusia itu sendiri. Untuk memperoleh kebahagiaan memiliki cara yang berbeda dalam mencapainnya, Al-Farabi tidak cukup hanya dengan studi teoritis saja, melainkan juga terjun lansung berjuang agar dapat merasakan kebahagiaan.

Dalam kitab altsamrah Al-Mardiyah Al-Farabi menyatakan bahwa: “ ruh suci tidak akan disebabkan oleh arah yang berbeda dibawah arah atas; perasaan lahirnya tidak akan mengusik perasaan hatinya, pengaruhnya kadang melintasi dari badannya menuju kebenda-benda alam dan apa yang ada di dalamnya, menerima pengetahuan-pengetahuan dari ruh malaikat dengan tanpa melalui proses penndidikan dari manusia. Jiwa orang umum jika cenderung kepada batin maka ia hilang dari batin. Jika ia bergabung dari rasa batin menuju kepada suatu potensi, maka ia hilang dari yang lain, seperti mata dikacaukan dengan pendengaran, rasa takut sibuk dengan keinginan-keinginan sibuk dengan marah, pemikiran menghalangi ingatan memori menghalangi pemikiran, sedang ruh suci sama sekali tidak disibukkan oleh kondisi.”

Dengan demikian untuk mencapai kebahagian yang sesungguhnya tidaklah semua orang dapat meraihnya. Karena kebahagiaan itu tidak dapat dicapai kecuali oleh jiwa-jiwa yang bersih dan suci yang mampu menembus tabir-tabir ghaib dan naik ke alam cahaya dan keindahan.
  1. Akal
Bahwa akal, menurut Al-Farabi, ada tiga jenis. Pertama Allah sebagai akal maksudnya Pencipta dan Esa  semutlak-mutlaknya, maha sempurna dan tidak mengandung pluralitas. Yang kedua, yakni akal-akal sebagai emanasi, akal yang pertama esa pada dzatnya, tetapi dalam dirinya mengandung keanekaan potensial, ia diciptakan oleh Allah sebagai akal,  maka objek ta’aqul-Nya (juga akal-akal lainnya) tidaklah lagi satu tetapi sudah dua: Allah sebagi wajib al wujud dan dirinya sebagai al-mu’min al-wujud.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950 M), singkat Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Al-Farabi lahir di sebuah desa kecil bernama Wasij di dekat Farab ( sekarang Otrar berada di Kazakhstan).
Al-Farabi lahir sekitar tahun 870 M (258 H).. Konon, ayahnya berasal dari Turki. Menurut Encyclopaedia Britannica, Al-Farabi juga berasal dari Turki atau Turki Seljuk. Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Al-Farabi wafat di daerah Aleppo, kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah).
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla  dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama).
Diantara karyanya adalah ia seorang maestro musik yang handal yang telah menciptakan sebuah buku tentang musik yaitu kitab Al-musika, dia juga ahli logika muslim pertama yang mengembangkan logika no-Aristotelian. Farabi juga dikenal sebagai ilmuwan fisika. Social Psychology and Model City merupakan risalat pertama Al-Farabi dalam bidang psikologi sosial.
Dan filsafat-filsafat Al-Farabi yang terkenal adalah tentang rekonsiliasi, emanasi, Negara utama kenabian, jiwa dan akal.
    1. KRITIK DAN SARAN
Demikianlah isi dari makalah kami ini. Dan kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi selanjutnya.
            Akhirnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini kami ucapkan terima kasih.










                                                             
DAFTAR PUSTAKA

  1. Sumber: http://esq-news.com/khazanah/2010/06/28/al-farabi-sang-maestro-musik.html
  2. Sumber: http://wahidilqohar.webnode.com/news/al-farabi-870-m-258-h-950-m-339-h-/
3.                                    Sumber: http://assholeh-nursoleh.blogspot.com/2011/03/pemikiran-al-farabi-dan-ibnu-sina.html
  1. Sumber: http://masmoi.wordpress.com/2010/03/06/al-farabi-sang-mahaguru/
  2. Sumber: http://dedekusn.wordpress.com/2009/12/22/al-farabi-biografi/
  3. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Al-Farabi


0 komentar: